Penyair Tetap Hidup Dampingi Puisinya
REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR – Apakah sebuah puisi yang sudah dilepas ke publik bisa dibiarkan sendirian saja oleh sang penyairnya? Persoalan itu mengemuka dalam seminar Forum Penyair ASEAN (FPA) bertema “Puisi, Suara Diri atau Suara Masyarakat” yang digelar di Auditorium Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia di Kuala Lumpur, Sabtu (3/9) lalu.
Seminar tersebut, antara lain, menampilkan sastrawan dari Indonesia, yakni Ahmadun Yosi Herfanda dan Rukmi Wisnu Wardani sebagai pembicara seminar. Juga tampil D Zawawi Imron mengisi sesi ucaptama, dengan orasi sastra yang cukup panjang.
Tentang tanggung jawab penyair pada masyarakat, menurut Rukmi Wisnu Wardani, setelah sebuah puisi dilepas ke publik, penyair tidak dapat lepas tangan begitu saja. “Sebab puisi dan penulisnya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan,” kata Rukmi Wisnu Wardani dalam rilis yang dikirimkan kepada republika.co.id, Kamis (8/9/2016).
Bahkan, tambahnya, ketika sang penyair telah mati, ia tetap akan melekat pada puisi yang tetah ditulis dan dipublikasikannya. “Jika puisi tersebut tetap hidup seiring berlalunya zaman, maka selama itu pula penyairnya pun tetap hidup mendampingi puisinya,” ujar Rukmi Wisnu Wardani.
Pembicara lain adalah Han Lynn (Myanmar), Shirley Lua (Filipina), Oum Suphany (Kamboja), Pen Pakata (Thailand), Saeda Buang (Singapura), Muhammad Lutfi Ishak (Malaysia), Haji Mohamad Rajap (Brunei Darussalam), Malim Ghozali (Malaysia), Hamed Ismail (Singapura), dan Lim Swee Tin (Malaysia). Selain Zawawi, ucaptama juga disampaikan oleh SN Dato DR Anwar Ridhwan.
Pada malam harinya semua pembicara membacakan sajak-sajak mereka di panggung Deklamasi Puisi ASEAN 2016 dengan gaya masing-masing. Pentas baca puisi juga diadakan di halaman Rumah Pena pada malam sebelumnya. Di sini, banyak penyair Indonesia tampil membaca puisi, seperti Isbedy Stiawan ZS, Kazzaini KS, Fakhrunnas MA Jabbar, Syaiful Irba Tanpaka, Anwar Putra Bayu, Husnu Abadi, dan Aris Abeba.
Forum Penyair ASEAN ini merupakan kegiatan tahunan yang digelar oleh Institute Terjemah dan Buku Malaysia (ITBM) bekerja sama dengan Penulis Nasional (PENA) Malaysia. “Saya gembira para penyair ASEAN antusias mengikuti acara ini. Suatu pertanda kepenyairan di Nusantara tumbuh dengan baik,” kata DR Saleeh Rahamad, presiden PENA, yang juga ketua panitia. @ Irwan Kelana/Agung Sasongko
@ Diambil dari Republika.co.id, 8 September 2016